Kamis, 25 November 2010

Sholatku, Sholatmu, Sholat mereka

       Jika harus ditanyakan kepada semua orang tentang arti sholat buat mereka, mungkin akan kita temukan jawaban sebanyak jumlah manusia di dunia. Sholat bisa dipahami sebagai ritual ibadah kepada Allah, suatu kewajiban yang tidak bisa ditawar oleh seorang yang mengaku Muslim selama akalnya masih berfungsi. Untuk makna sholat ini saja, masing - masing orang dapat memaknai secara berbeda. Ada yang menganggap kewajiban ini sebagai tanggung jawab yang mesti dipenuhi, terlepas apakah nanti akan memberikan dampak positif atau sama sekali tidak. Tidak peduli apakah nanti sholat mereka terkonversi menjadi pahala atau malah menjadi siksa. Ada juga yang menganggap kewajiban sholat tak lebih dari sebuah beban, dikerjakan agar beban yang menjadi tanggungan mereka segera berkurang.
Lain lagi bagi mereka yang memaknai ibadah, salah satunya sholat, sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah. Mereka merasa tak pantas menerima segala nikmat yang telah diberikan tanpa melakukan, katakanlah, imbalan apapun untuk Tuhan. Terserah sampeyan mau pilih yang mana, atau mungkin punya jawaban sendiri, nggih monggo kerso, mungkin itulah yang seharusnya. Agar sholat yang rutin anda kerjakan benar - benar dapat anda pahami maksud dan maknanya, tentunya sesuai apa yang dapat ditangkap pikiran anda.

        Tapi kalau diizinkan, saya ingin membagi makna sholat yang berhasil terjaring oleh pikiran dan hati saya. Tentu saja tidak 100 % murni hasil olah kerja pikiran saya, tetapi lebih tepat jika dikatakan sebagai hasil usaha memperdalam dan merenungi kembali makna yang telah disampaikan para ulama. Salah satu pendapat yang saya sukai adalah sholat dikatakan sebagai media bermunajat seorang hamba kepada Tuhannya. Pada awalnya, pemahaman yang dapat saya tangkap, munajat di sini bermakna seperti 'syakwa' atau menumpahkan isi perasaan kita kepada Tuhan. Dengan pemahaman ini, seolah - olah sholat sangat efektif, dapat memberikan dampak yang kuat saat seorang manusia sedang mengalami banyak persoalan hidup. Menangis di hadapan Tuhan, melepaskan semua beban pikiran yang menumpuk, dan jika beruntung beban pikiran akan sedikit berkurang. Namun ternyata setelah saya coba pahami lebih jauh, munajat akan lebih tepat jika diartikan dengan komunikasi dua arah secara lebih intim, lebih pribadi. Berasal dari kata dasar najwa, yang berarti berbisik.

          Akan muncul satu pertanyaan. Bagaimana bisa, sholat dikatakan sebagai komunikasi dua arah, dialog antara seorang hamba dengan Tuhannya. Lha wong disitu yang ngomong cuma satu orang, Tuhan gak ikutan ngomong. Pertama kita harus pahami dulu, makna dialog disini, sifat - sifat Tuhan, juga kapan dialog ini dilakukan. Baik, kita uraikan satu persatu. Salah satu rukun yang tidak pernah ketinggalan di dalam sholat adalah membaca ayat Qur'an. Baik al Fatihah, yang menurut ulama Syafi'iyah harus dibaca pada tiap raka'at, ataupun surat lain. Kita tahu dan harus meyakini, al Qur'an adalah Firman Allah, yang makna dan lafadznya langsung dari Allah, bukan buatan Jibril a.s. ataupun karangan Muhammad s.a.w. Dengan begitu berarti saat kita baca al Qur'an, secara tidak langsung kita sedang mencoba memahami Firman Allah yang bersifat azali. Sebab kita meyakini bahwa Allah, baik dzat maupun sifatNya tidak akan berubah, sudak seperti itu sejak dulu dan akan tetap begitu sampai kapanpun. Termasuk sifat 'KalamNya', yang terejawantahkan dalam lafadz - lafadz al Qur'an. Dari situ juga (wallahu a'lam) mengapa ada perintah untuk memohon perlindungan saat kita membaca ayat yang berisi ancaman, dan meminta bagian saat membaca ayat yang berisi janji anugerah Tuhan.

          Begitulah maksud dialog yang saya kehendaki. Satu sisi dialog tersebut adalah saat kita membaca ayat - ayat Tuhan, yang mewakili perkataan Tuhan, dan satu sisi yang lain adalah saat hati kita merespon apa yang kita pahami dari bacaan kita. Seperti inilah kita, sebagai manusia biasa, bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Karena kita bukanlah Musa yang diberi anugerah dapat mendengar langsung Firman Tuhan. Dengan begitu kita juga bisa tahu bahwa sholat hanya salah satu jalan untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Kita masih bisa melakukannya di luar sholat, yaitu dengan sering - sering membaca FirmanNya, disertai penghayatan makna juga khudlurul qolbi. Itu agar komunikasi kita dengan Tuhan bisa benar - benar terkoneksi, tidak terputus hanya dari satu arah. Meskipun saat sholat, komunikasi yang terjalin akan terasa lebih intim, lebih lengkap, dikarenakan sholat juga menuntut sikap verbal yang memiliki makna ketundukan seorang manusia dihadapan Tuhannya. Mungkin itulah salah satu kelebihan sholat jika dibandingkan dengan praktek ibadah lain.

        Sebenarnya masih banyak makna yang bisa kita gali dari sholat, juga ibadah lain, untuk menyadarkan kita tentang arti ajaran - ajaran syariat yang kita terima. Supaya kita tidak hanya memahami ibadah sebagai rutinitas kosong makna, sebuah kewajiban yang begitu telah dikerjakan berakhir sudah, tidak ada kontinuitas setelahnya. Bahkan saat mengerjakan rutinitas itupun kita hanya menjalankannya seperti sebuah kebiasaan yang telah kita hafal, tanpa perlu berkonsentrasi kita bisa melakukannya dengan 'benar'. Semoga kita semua segera mendapat ampunan atas kesembronoan kita dalam melaksanakan perintahNya. Segera mengerti makna - makna yang terkandung dalam setiap perintahNya.

0 comments:

Posting Komentar