Jumat, 29 Oktober 2010

Darah Hitamku

      Kuakui kulelah terus melangkah, menatap sebuah arah di depan yang tak pernah kumengerti kan berakhir kapan. Telah banyak jalan kulalui, tapi tak pernah sampai kutemukan persinggahan nyaman, sejenak beristirahat sebelum memulai kembali perjalanan panjang ini. Hanya ada jiwa - jiwa kosong, tak punya mimpi. Aku kecewa, muak, tapi mulutku tak pernah mampu berteriak. Hanya hatiku menjerit, memekik tanpa suara. Aku tahu kaupun kecewa.

      
         Tapi biarlah. Kau juga tak pernah peduli jiwaku gelisah. Kau hanya peduli, saatku terlelap menikmati mimpi. Datang, memberi banyak harapan, lalu pergi. Memaksaku terseret rasa bersalah, saat kubayangkan butiran embun menetes dari matamu yang indah. Saat kakiku begitu berat melangkah, bayangmu selalu hadir, memanggil, isyaratkan kau masih disana menunggu saat - saat itu tiba. Saat kita bisa bersama, dikelilingi tawa riang anak - anak kita. Menikmati kedamaian pinggiran kota.

       Saat hatiku tersentuh jiwa seorang wanita, kau suruh aku dekati dia. Kucari dirimu di kedalaman jiwanya. Begitu dalam, namun yang kutemukan hanyalah kegelapan, tak ada cahaya. Kau tipu aku lagi untuk kesekian kali. Tak pernahkah kau sadari. Kini hatiku penuh luka. Aku terluka tiap kujatuh cinta. Aku terluka tiap kali kau lambungkan anganku, hingga akhirnya kusadari semua itu palsu. Aku juga terluka tiap kali kau patahkan hati ini. Masihkah tak kau sadari semua ini.

       Aku sudah terlalu lelah. Aku tak mau lagi turuti segala perintahmu, jika kau masih saja datang di dalam mimpiku, tutupi wajahmu. Tunjukkan bayang semu. Aku hanya minta kau beri aku harapan nyata. Karena kutahu kau masih selalu di sana. Masih menanti kuakhiri perjalanan panjang ini. Menanti masa itu tiba. Berdua selamanya.


by_madAs

0 comments:

Posting Komentar