Kamis, 09 Desember 2010

Lagi, lagi dan lagi !!! Ironi terjadi di negeri ini

Lagi ! Lagi ! Lagi ! Terus saja hukum, peradilan di negeri ini dimiliki orang - orang berkantong tebal. Tak ada lagi keberpihakan pada kita, rakyat biasa, tanpa ada duit yang rasanya sekarang lebih berkuasa dari Tuhan mereka. Dua anak SD di Surabaya harus mengahadapi tuntutan 5 tahun penjara, 'hanya' karena didakwa telah melakukan pemalakan kepada temannya sebesar 1000 rupiah. Hal semacam ini juga telah terjadi berulang kali, di Pekalongan dan Banyumas seorang  nenek diancam kurungan hanya gara - gara mencuri kokoa dan permen coklat yang tidak bernilai seberapa.
Hal ini menjadi ironi saat kita menyaksikan kekebalan Gayus dan orang - orang di belakangnya menghadapi tuntutan petugas peradilan. Terlalu alot dan berbelit - belit.
Satu ironi di negeri ini.

Rakyat begitu antusias menyambut genderang perang melawan korupsi, mafia peradilan yang ditabuh pemerintah. Banyak koruptor dan 'backbone' mereka yang selama ini sulit tercium berhasil terjaring. Rakyat berharap. Yakin momentum ini bisa menjadi awal kehancuran kesemrawutan di negeri ini.
Namun harapan rakyat dihancurkan oleh mereka sendiri. Koruptor yang telah tertangkap bisa hidup enak di hotel baru mereka. Bebas berkeliaran semau mereka. Yang paling tidak masuk akal, koruptor mendapat remisi. Sebuah permisi untuk korupsi lagi.
Satu lagi ironi di negeri ini.

Hari ini kita memperingati hari anti korupsi sedunia. Rakyat berunjuk rasa mengecam korupsi yang masih saja terus terjadi di negeri ini. Korupsi yang menyengsarakan bangsa ini. Terkhusus kami rakyat biasa.
Tapi segelintir pengunjuk rasa malahan menambah kesengsaraan rakyat biasa. Mereka berteriak, mengutuk korupsi. Sementara kami disini mengutuk aksi mereka yang telah memblokir jalan, merusak fasilitas yang kami bayar dengan uang kami. Kalian dan para koruptor sama saja. Kalian sama - sama telah merusak bangsa kami, Indonesia.
Lagi - lagi ironi terjadi di negeri ini.

0 comments:

Posting Komentar