Selasa, 19 Oktober 2010

DUNIA IMAJI

Teringat dengan masa kecil dulu. Saat aku punya begitu banyak impian gila. Terbang seperti Superman, punya kekuatan super, menjadi pahlawan yang akan selalu melindungi anak cewek yang aku taksir dari keusilan anak - anak nakal. Atau bahkan pernah juga punya skenario 'mustahil' kalau sebenarnya aku ini adalah Ranger Merah yang sedang menjalankan misi penyamaran jadi manusia biasa, dan masih menunggu perintah Gordon selanjutnya. Itulah dunia anak yang penuh khayalan 'aneh' dan gila, meskipun diakui atau tidak, dulu kita sangat menikmatinya. Rasanya setelah dewasa, selalu saja ada keinginan untuk kembali ke sana. Mengulang masa disaat kita bisa menikmati hidup ini tanpa beban. Begitu jauh berbeda dengan kehidupan yang kita miliki sekarang. Ketika masalah dan beban tak mau berhenti memainkan perasaan dan pikiran. Tak pernah menikmati, apalagi mensyukuri. Hanya ada keinginan lari. Kitapun bertanya. Apa yang salah, diri kita ataukah hidup ini yang telah berubah.

Lama kucari sampai kutemukan jawaban. Saat aku mencoba sendiri. Mencari ketenangan, tuk sejenak melepas segala beban pikiran. Masuk ke sebuah warung di pinggir jalan. Pesan segelas besar kopi tubruk. Coba lewati malam ini tanpa mimpi. Tiba - tiba tak lama setelah kunyalakan sebatang rokok, teman terbaik saat ku sendiri, saat ku malas berpura - pura menjadi pribadi ramah yang dengan mudah berbincang akrab dengan orang - orang yang baru kulihat sesaat lalu, ponselku berbunyi. Kubuka, kubaca. Sebuah pesan singkat dari nomor baru, pada baris terakhir terakhir tertulis 'fian'. Aku yakin itu nama pengirimnya. Kubaca isi pesan itu. 
         Mf, q tau no.mas dr tmn mas, Novi...
         Q dksh tau klo mas ccok bgt buat jd tmn dskusi..
         cz sa't ni q lg btuh bgt tmn dskusi                                                                                               bnyk bgt p'tnyaan yg pngen q ajukan k mas.
         Tp tu klo mas brsdia.
                     _fian_

Hadir rasa penasaran. Kubalas dengan sebuah pesan.

                  Bwtq ga mslh mb FIAN..q jg sneng dskusi
                  Cm, mb jgn brekspektsi trllu tnggi
                  Kwtr tu tk bs q pnuhi

Kutunggu pesan balasan. Dia balas dengan sebuah percakapan. Diawali perkenalan kecil, menjelaskan sedikit tujuan dan arah diskusi yang dia kehendaki. Akupun hanya bisa mengiyakannya. Dia katakan, yang penting sekarang siapkan tenaga dan pikiran untuk sebuah diskusi panjang, mengenai semua hal tentang kehidupan. Aku tersenyum untuk pertama kalinya pada hari itu. Ketika dia begitu serius melakukan presentasi tentang konsep diskusi yang akan dia mulai. Dari perkenalan awal ini aku dapat menangkap sikapnya yang cukup dewasa, namun tetap saja tak bisa menutupi watak aslinya. Aku yakin pada dasarnya dia adalah gadis manja, hanya sedikit tertutupi oleh kedewasaan berpikir dan kebijaksanaan gaya bicaranya.

Masih banyak tersisa kopi di gelas. Tapi tak perlu kuhabiskan kurasa. Batang rokok masih panjang, terpaksa aku buang. Kali ini aku ingin cepat - cepat bermimpi.


Nada dering 'face down' sadarkanku dari tidur panjangku semalam. Ternyata mimpi yang kuharapkan tak jadi datang. Kuraih ponselku, ada 3 kali panggilan dari Fian. Kukirim pesan sebelum sarapan dengan secangkir kopi.  Kebiasaan yang sampai saat ini sulit aku tinggalkan. Rupanya dia ingin mulai diskusi yang telah kami sepakati semalam. Untuk tema pertama, dia ajukan pertanyaan : " Seperti apa sebenarnya Islam memandang kedudukan wanita. Sebagai manusia, bukan setengah manusia ". Terlihat jelas tipikal wanita jaman sekarang. Yang selalu saja mempertanyakan hegemoni pria atas kaumnya. Tak jarang wanita berpikiran luas, tertutup pikirannya saat harus menghadapi persoalaan yang mereka rasa memarginalkan posisi kaumnya. Poligami, diskriminasi, hak berkarier, hingga syarat menjadi pemimpin terus mengganggu pikiran mereka. Seakan - akan telihat di mata mereka sebuah bencana yang bisa membawa pada trauma lama. Saat manusia, maksudnya pria, memposisikan wanita tak pernah lebih dari sekedar perhiasan yang bisa dipajang dan dinikmati pemiliknya. Setelah bosan, tak jarang dicampakkan begitu saja.


Jujur saja, pertanyaan semacam ini, apalagi disampaikan oleh wanita pasti membawaku pada sebuah dilema. Aku tak bisa mengubah takdirku sebagai pria dengan segala pandangan dan pemikiran yang aku punya. Di sisi lain, saat menanggapi persoalan ini dengan penuh empati, berarti tak ada lagi obyektifitas di sini. Namun aku tetap mencoba. Meski aku yakin ini akan percuma saja. Dan memang seperti yang kuduga. Tak ada satupun  penjelasanku yang dapat dia terima. Tak apa. Cukup puas menjejali argumen - argumen yang membuatnya berpikir keras untuk mengcounternya. Masih tetap tertarik menunggu tema selanjutnya.


Aku masih terpesona dengan fantasi yang terefleksi dari suara, tutur kata dan sikap manja seorang gadis di sana. Ada keinginan menyatukan fantasi dan realita sesungguhnya. Namun rasanya kumasih larut dalam euforia fantasi yang telah kuciptakan begitu sempurna. Tak ingin realita menghancurkan semuanya.


Dua hari tanpa diskusi. Hanya mencoba saling mengenal lebih dekat lagi. Berbagi cerita. Bercerita banyak hal. Terkejut tak percaya saat tahu begitu banyak kesamaan yang kami punya. Warna favorit hitam, putih, ungu. Pernah punya sejarah hitam di masa lalu. Sama - sama mengagumi Agnes Monica. Dan anehnya, sama - sama menyayangkan Agnes yang beda agama. Kami tertawa. Diskusi yang awalnya kupikir akan berjalan serius dan kaku, sekarang sedikit berbelok menjadi diskusi tentang kelucuan - kelucuan yang kami punya.


Tak kusadari, fantasi yang telah kuciptakan membuat semua beban yang beberapa hari ini kurasakan banyak terlupakan. Jadwal keseharianku berubah. Jam 12 pm - 05 am. Aku hidup di dunia mimpi. Jam 05 am - 01 pm. Hidup di dunia realiti. Sisanya. Aku begitu menikmati hidup di dunia imaji.


Kali ini aku sudah tak sabar lagi untuk membuat semua fantasiku tentang Fian menjadi sebuah kenyataan. Aku memang begitu menikmati fantasi ini. Tapi masih ada keyakinan yang kumiliki. Seindah apapun fantasi manusia tak akan mampu mencapai sebuah kesempurnaan. Diluar itu semua, masih ada fantasi Tuhan. Pemilik segala kesempurnaan. 


Aku memintanya bertemu. Aku tidak bisa terus hidup di dunia imaji dengan semua fantasi yang mulai menggodaku untuk terus menikmatinya, perlahan meninggalkan dunia nyata. Awalnya dia menolak. Dia katakan, akan begitu sakit saat kita menyadari kenyataan tak seindah fantasi yang kita ciptakan. Kujawab, bukankah lebih menyakitkan saat kita terlalu larut menikmati sebuah fantasi, sampai kita hampir menganggapnya sebagai sebuah kenyataan. Dan saat terbangun suatu pagi, kita akhirnya baru menyadari semua fantasi itu tak pernah nyata. Diapun setuju.


Aku mulai menunggu di sebuah kafe kecil, seperti kesepakatan kami. 
Masih menunggu, mulai tak sabar.
Hilang kesabaran, kupencet nomor yang telah tertanam kuat dalam ingatan.
Lama kutunggu tak ada jawaban.
Meskipun ponselku berbunyi aku tak peduli.
Kuulangi sampai lima kali tetap tak ada suara di sana.
Hanya suara ponselku yang terdengar
Tunggu !!
Suara ponsel ?!
Dan itu bukan ponsel yang kupegang !!
Kubuka tas, kutemukan ponsel.
Kubuka, ada 5 panggilan. Semua dari nomorku !!!

Akhirnya akupun terbangun. Terbangun dari semua fantasi tentang Fian yang tanpa kusadari telah kuciptakan sendiri. Fian yang tak pernah nyata  Fian yang ternyata sisi lain dari diriku sendiri.



by_madAs






2 comments:

anonk mengatakan...

huuuh,,,,,
cape deeh,, dah serius2 bacanya... eh, malah berujung imaj juga...
nglempuruk tauuuuuu....

madAs mengatakan...

Namanya juga fantasi, selalu melelahkan, namun dibalik itu kita bisa sangat menikmatinya,,,

Posting Komentar