kerut lembar wajah bumi menjadi saksi
kekalahanku menjaga kendali emosi, amarah
membuncah, darah segar mengalir anyir
nyama terhempas melepas raga
sekali lagi
hegemoni keangkuhan manusia
membunuh senyuman
cerita kehidupan meratapi nasibnya sendiri
yang tak pasti
saat isak tangis lebih sering mewarnai pementasan
tak peduli isi pikiran perasaan para pemeran,
atawa lemparan kekesalan
ratapan airmata menggenang
pada kubangan lumpur dalam
bau tanah basah bercampur anyir darah
tak ada gundukan
hanya mayat - mayat berserakan
iba, empati musnah
tersisa sedikit rona kengerian tampak pada wajah
wajah mereka yang melihat maut menjemput
berharap sang sutradara menghentikan sejenak
sketsa tragedi yang terjadi
kini
di sini
di tanah suci
by_madAs
Kamis, 07 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar